“Jadi reporter
(jurnalis) wisata televisi kayaknya asyik deh! Soalnya bisa jalan-jalan,
menjelajahi tempat-tempat eksotis yang belum pernah kita jamah.” Mungkin itulah
yang bakal terlintas di kepala kita. Apalagi waktu melihat para reporter wisata
kuliner mencicipi makanan-makanan yang unik dan maknyus, bisa-bisa langsung ngiler.
Tapi gimana
kalau mendengar kata reporter televisi tanpa embel-embel wisata? Reporter televisi
yang meliput berita, apa sih yang terlintas dalam pikiran kalian? “Seru” kah? “Ogah ah, capek”? Berbagai pendapat lain mungkin
terlintas di kepala kita. Bahkan bisa aja timbul rasa iri bagi kita yang doyan jadi pusat perhatian.
Well, di balik semua pikiran-pikiran
kita tentang jurnalis televisi itu, sadar nggak sih kalo mereka nggak ada yang
jelek? Iya, nggak jelek. Perhatiin deh, pasti mereka minimal good looking atau enak dipandang lah.
Sepertinya
tuntutan jurnalis televisi untuk memiliki penampilan good looking, telah menjadi salah satu syarat utama untuk bisa
menjadi jurnalis TV. Tidak bisa dipungkiri, televisi memang mengandalkan adanya
tampilan visual yang lebih apik meski
tidak melupakan kualitas suara.
Bayangkan saja, jika
yang ditampilkan TV bukanlah orang yang sedap dipandang, akankah audience-nya akan betah berlama-lama
menyaksikan siaran? Tentu tidak. Kecuali jurnalis itu pandai melawak, namun
saat menyampaikan berita tidak butuh lawakan bukan?
Anyway, dalam KBBI, jurnalis ialah orang
yang pekerjaannya mengumpulkan dan menulis berita dalam surat kabar, dsb. Jadi,
seharusnya syarat menjadi jurnalis yaitu memiliki semangat yang tinggi,
keingintahuan yang besar, dan otak yang cemerlang. Namun yang perlu ditekankan
di sini ialah tugas para jurnalis itu sama, yaitu mengumpulkan berita meskipun medianya
berbeda.
Jurnalis cetak
dan media selain televisi, yang bertampang pas-pasan, mungkin lebih beruntung
karena tidak dituntut untuk bisa “menyenangkan” mata audience-nya. Namun mereka tentu harus selalu berpenampilan rapi
untuk merepresentasikan medianya di depan narasumber. Sedangkan jurnalis
televisi yang tidak good looking
harus bisa puas berada di belakang layar melihat beritanya dibawakan oleh pembaca
berita.
Lalu, apakah good looking akan menjamin seseorang
dapat menjadi jurnalis televisi? Seharusnya tidak, good looking tanpa pengetahuan yang luas tentu tidak akan menjadi
jurnalis televisi yang handal. Sebaliknya, otak cemerlang tanpa didukung penampilan
yang cameraface sering tidak mendapat
apresiasi layak sebagai jurnalis televisi.
Namun, ini
bukanlah akhir segalanya, masih banyak jalan ke Roma. Bukan berarti seseorang
yang good looking lantas diapresiasi
berlebih dan yang bertampang pas-pasan tidak memiliki kesempatan. Ingat, sebagai
seorang jurnalis dalam media apapun haruslah berpengetahuan luas agar tidak nampak
bodoh dan memalukan. Pintar-pintarnya kita saja dalam memanfaatkan fasilitas
dan teknologi yang tersedia.
So, masih ingin jadi jurnalis televisi?
1 comments:
cantik kayak ida iasha.....
Post a Comment